MMM Mewabah Sampai Desa, Dimodifikasi Jadi Arisan Motor
Luar biasa daya tarik sistem keuangan Mavrodi Mondial Moneybox (MMM), yang lebih dikenal dengan nama arisan Manusia Membangun Manusia (MMM). Meski baru dua tahun dikenalkan via jaringan internet, model arisan ciptaan Sergey Mavrodi ini sudah mewabah hingga ke pelosok-pelosok desa.
Pesertanya pun bukan lagi monopoli warga yang melek internet. Mereka yang tidak kenal internet pun tidak mau kalah dalam mengejar keuntungan 30 persen, tanpa harus bekerja.
Di desa-desa para peserta arisan ini umumnya tidak membuat akun sendiri. Mereka cukup menumpang pada akun teman. Begitu juga dengan rekening bank. Umumnya adalah teman yang merekutnya atau yang biasa disebut sebagai manajer. Dalam konsep MMM, setiap peserta mestinya memiliki akun sendiri. Juga memiliki rekening bank sendiri. Account inilah yang akan menjadi media komunikasi, berupa perintah dari sistem agar mengirim uang, dengan istilah provide help (menyediakan bantuan). Lewat akun ini pula, ia mengajukan permohonan bantuan, dengan istilah get help (GH) dan sekaligus menerima pemberitahuan ketika GH berhasil, yang berarti rekening telah mendapat kiriman dana.
Di desa-desa, prosedur baku itu dimodifikasi mirip dengan arisan tradisional. Peserta cukup membayarkan uangnya borek. Borek ini fungsinya mirip manajer dalam MMM, yaitu konsultan yang bertugas membantu peserta, kongkretnya peserta hasil rekrutannya. Komunitas peserta arisan MMM di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, menjadi contoh praktik modifikasi. Di sini peserta arisan MMM umumnya petani. “Saya ini, menyalakan komputer saja tidak bisa, bagaimana membuat email. Daftar MMM seperti apa saya juga gak tahu,” ujar seorang petani yang ikut MMM, Pujianto (37), Selasa (19/8/2014). Pujianto mengaku bergabung dengan MMM pada awal Agustus 2014. Awalnya, ayah satu anak ini lebih dulu melihat tetangga yang sudah bergabung. Dengan deposit Rp 3.000.000, tetangga itu mendapatkan uang Rp 300.000 per bulan.
Namun, keuntungan itu tidak diwujudkan berupa uang cash. Penyelenggara arisan membelikan sepeda motor dengan cara kredit. Keuntungan setiap bulan itu yang digunakan untuk membayar cicilan.”Tahunya dia bayar Rp 3.000.000. Bulan berikutnya sudah dapat motor, terus cicilannya setiap bulan dibayar oleh arisan,” ungkapnya. Pujianto menambahkan, penyelenggara arisan ini sepasang suami istri di desanya.
Mereka hanya mengatakan, MMM bisa memberikan keuntungan 30 persen dari uang yang disetor. Pujianto sendiri masih menunggu hasil. Berdasarkan tenggat satu bulan setelah mendaftar, keuntungan baru akan dirasakannya bulan September mendatang. Jika janji terpenuhi, Pujianto akan menerima dua sepeda motor sekaligus. Satu untuk dirinya dan satu untuk istrinya. Pujianto memang menyetorkan Rp 5.000.000 atas namanya dan Rp 5.000.000 atas nama istri.
Meski belum mendapatkan motor yang dijanjikan, Pujianto percaya gilirannya akan tiba. “Beberapa tetangga yang ikut lebih dulu sudah dapat (motor),” tuturnya.
Praktik serupa terjadi di Lamongan. Modelnya pun sama, keuntungan yang diterimanya diberikan dalam bentuk sepeda motor Honda Vario. Sistem borek juga banyak ditemukan di Pacitan, Malang, bahkan Surabaya. Di Surabaya, para borek menggalang tetangga dan teman-teman untuk titip. Ada dua pola. Borek atau manajer bersama kelompok membuat akun sendiri-sendiri tapi rekening bank bersama. Ada juga yang menggunakan account dan rekening bank bersama. Pada pola kedua ini, murni hanya borek yang bisa mengoperasikan. Mengirim uang sekaligus melihat kiriman di rekening. Ia pula yang kemudian mengatur pembagian pada pesertanya. (day/idl/ben)
Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2014/08/21/mmm-mewabah-sampai-desa-dimodifikasi-jadi-arisan-motor